Jumat, 24 Mei 2013

Keunikan di Balik Tumpukan Batu


                                  Pura Luhur Pucaksari

Bali memiliki berbagai citus peninggalan dan warisan budaya, dari jaman batu sampai dengan peninggalan jaman Mpu Kuturan, semua bangunan tersebut dilestarikan oleh umat hindhu di Bali. Salah satu bangunan Pura yang dilestarikan sampai saat ini adalah Pura Luhur Pucaksari yang berlokasi di Desa Adat Bugbugan, Desa Senganan, Kec. Penebel, tabanan Bali. Pura ini dibangun pada saat pemerintahan Raja Tabanan VI (sumber: Penataan Pura di kab. Tabanan). Pura Luhur Pucaksari di bangun atas perintah Raja Tabanan VI, dimana para Baudanda, patih diperintahkan untuk menelusuri letupan asap yang membumbung tinggi di tengah Hutan. Atas perintah raja tersebut maka penelusuran dilakukan oleh para baudanda Mantri Raja, sehingga dalam perjalanan panjang ditemukanlah asap tersebut di lereng hutan Bukit Adeng, yaitu tepatnya sekarang adalah di Pesisi Utara Desa Adat Bugbugan, Desa Senganan, kecamatan Penebel Tabanan, Bali.

Ada beberapa keunikan yang sampai saat ini diyakini umat Hindhu Bali yaitu: 1) Bangunan utama (pelinggih Ageng) masih dipertahankan berbentuk gumukan batu (Bebaturan), tidak tergoyahkan oleh perjalanan jaman, tidak tergoyahkan oleh berlalunya waktu, serta tetap mengeluarkan nilai Magis. 2) Dikelilingi oleh Bambu Lilit yang merupakan keunikan utama dari pura tersebut, dan tidak akan ditemukan diseluruh Bali, diyakini sebagai sumber kekuatan yang maha dasyat, dilestarikan dan tidak ada yang berani melakukan perbuatan (memetik, memotong) bambu tersebut, 3) di Jaga oleh Harimau gading, dan Poleng, serta ular naga yang maha dasyat. Muncul pada saat tertentu saja. Diyakini sebagai pura dan segala isinya. 4) Alam yang masih alami, karena tidak terjamah teknologi. Tempat yang sangat strategis untuk melakukan Tapa, Brata, dan Semadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar